Langsung ke konten utama

Wacana Lisan dan Tulisan



WACANA LISAN DAN TULISAN
MONOLOG, DIALOG, POLILOG
Oleh: Syifa Lailatul Maghfiroh/156068/PBSI 2015-A

                        Wacana dibedakan menjadi wacana lisan dan tulis. Hal ini dibedakan berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi. Terdapat beberapa perbedaan antara kedua jenis wacana tersebut.
Tarigan (1987: 52) berpendapat bahwa wacana tulis merupakan wacana yang disampaikan secara tertulis melalui media tulis. Sedangkan wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal (Mulyana, 2005: 52). Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance). Wacana tulis (written discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui media tulisan. Terdapat beberapa ciri-ciri wacana tulis antara lain: kalimat cenderung lengkap dan panjang bahkan terdiri dari beberapa klausa, penggunaan wacana tulis selalu dipantau dan direvisi oleh penulisnya, penataan subordinatif wacana tulis lebih banyak dari pada wacana lisan, sering menggunakan piranti hubung untuk menunjukan suatu hubungan ide, bahasanya menggunakan frasa benda (tetapi, namun, oleh sebab itu), kalimatnya menggunakan struktur topik-komen, tidak dapat mengubah struktur atau memperhalus ekspresi yang kurang tepat saat itu juga seperti wacana lisan, penulisannya sering menggunakan istilah teknis, jarang menggunakan pemakaian ”pengisi” dan pengulangan bentuk yang sama.
                        Sedangkan wacana lisan menurut Tarigan (1987: 55), adalah  wacana lisan merupakan wacana yang disampaikan secara lisan melalui media lisan. Wacana tulis dapat kita temukan dalam bentuk buku, berita koran, artikel, makalah dan sebagainya, sedangkan wacana lisan misalnya percakapan khutbah, dan siaran langsung di radio atau TV. Beberapa ciri wacana lisan antara lain: kalimat dalam wacana lisan kurang terstruktur, bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, sering hanya berupa urutan kata yang berbentuk frasa, penataan subordinatif wacana lisan lebih banyak dari pada wacana tulis, jarang menggunakan piranti hubung karena didukung oleh konteksnya, bahasanya cendrung tidak menggunakan frasa benda yang panjang, kalimatnya cenderung berstruktur subjek – predikat, pembicara dapat mengubah struktur atau memperhalus ekspresi yang kurang tepat, pembicaraan cendrung menggunakan kosa kata sehari-hari, bahasanya sering diulang bentuk sintaksis yang sama digunakan sejumlah pengisi.
Ada tiga jenis wacana berdasarkan jumlah peserta yang ikut ambil bagian sebagai pembicara, yaitu monolog, dialog dan polilog. Pertama yaitu wacana monolog merupakan jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang. Kedua, yaitu wacana dialog atau polilog. Wacana dialog atau polilog yang terjadi dalam masyarakat bukan hanya sekedar pertukaran informasi. Melakukan dialaog polilog bertujuan lebih dari memberikan informasi pada mitra tuturnya. Untuk tujuan itu, para peserta dialog atau polilog harus menyadari tugas mereka dalam mengembangkan dialog atau polilog. Selain itu, para peserta dialog atau polilog pelu melakukan segala sesuatu yang dapat mendukung pengembangan dialog atau polilog sesuai dengan yang diinginkan. Menafsirkan dan memahami ujaran peserta lain merupakan contoh tugas peserta dialog atau polilog dalam mengembangkan dialog atau polilog. Bagi peserta yang berbicara, tugas utamanya adalah menciptakan ujaran agar mudah ditafsirkan dan mudah dipahami
Keenan dan Schieffelin, 1983: 79-80 (Rani, Abdul, Dkk. 2006: 36-37)  mengidentifikasi tugas-tugas para peserta dialog atau polilog dalam percekapan. Tugas pendengar setidak-tidaknya seperti berikut ini: memperhatikan ujaran pembicara, memahami ujaran pembicara, mengidentifikasi objek, individu,ide,peristiwa, dan lain-lain yang mempunyai peranan dalam penentuan topik, dan mengidentifikasi hubungan semantic antara referensi dan topik. Dialog atau monolog yang berhasil biasanya mengikuti prinsip kesantunan. Prinsip tersebut dirumuskan menjadi tiga yaitu jangan maksa, berikan pilihan dan buat perasaan pendengar tetap baik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa wacana dapat dibedakan menjadi wacana tertulis dan wacana lisan berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi. Adapun jenis wacana berdasarkan peserta komunikasinya terbagi menjadi tiga: dialog, monolog, dan polilog. Analisis wacana lisan dan tulisan, monolog, dialog dan polilog yakni dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri dari sebuah jenis wacana tersebut.



Contoh wacana lisan yaitu tentang percakapan sehari-hari, atau sebuah percakapan yang membahas tentang sebuah masalah.

Contoh wacana tulisan yaitu wacana yang terdapat pada iklan, poster atau lainnya yang berupa tulisan.


Sumber:

Rani, Abdul. Dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Jawa Timur: Bayumedia Publishing.

Tarigan, Henry G. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi morfem dan Morfem dasar, pangkal, dan akar

NAMA             : SYIFA LAILATUL M KELAS            : BAHTRA 2015 A NIM                 :156068   1.      Klasifikasi morfem Dalam kajian morfologi biasanya dibedakan dengan beberapa morfem berdasarkan kriteria tertentu, antara lain: a.       Morfem bebas dan terikat Morfem ini dibedakan berdasarkan kebebasannya untuk dapat digunakan langsung dalam pertuturan. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri yaitu bisa terdapat sebagai suatu kata . Contoh morfem {makan}, {satu}. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak terdapat sebagai kata tetapi selalu dirangkaikan dengan satu atau lebih morfem yang lain menjadi satu kata. Contoh {bersatu}. (Verhaar: 1992, 52-53) Morfem bebas dapat digunakan langsung da...

KONVERSI, MODIFIKASI INTERNAL, DAN SUPLESI

NAMA             : SYIFA LAILATUL M KELAS            : BAHTRA 2015 A NIM                 : 156068 KONVERSI, MODIFIKASI INTERNAL, DAN SUPLESI a.       Konversi Berdasarkan Abdul Chaer (2008: 235-247) Konversi merupakan proses pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu menjadi dasar berkategori lain tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar itu. Contoh: Petani membawa cangkul ke sawah. (kalimat pertama) Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami. (kalimat kedua) Kalimat pertama merupakan kalimat yang bermodus deklaratif berkategori nomina, sedangkan pada kalimat kedua merupakan kalimat imperative berkategori verba. Masalah kita sekarang mengapa hal ini   bisa terjadi, sebuah nomina tanpa perubahan fisik menjadi sebuah verba, walaupun dalam modus kalimat yang ...

REDUPLIKASI

NAMA             : SYIFA LAILATUL M NIM                 : 156068 KELAS            : BAHTRA 2015 A REDUPLIKASI             Reduplikasi merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak. (Masnur Muslich: 1990,48) Reduplikasi atau perulangan merupakan proses pengulangan kata atau unsure kata. Reduplikasi merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian. Reduplikasi dapat dibagi menjadi beberapa, antara lain: 1.      Reduplikasi Fonologis Menurut Abdul Chaer (2008: 179) reduplikasi fonologi berlangsung terhadap dasar yang bukan akar atau bentuk yang statusnya lebih ...