ANALISIS WACANA BERDASARKAN PENDAPAT VAN DJIK
Oleh: Syifa Lailatul Maghfiroh/156068/PBSI 2015-A
Setelah
memahami pengertian wacana, prasyarat wacana, kohesi dan koherensi serta
jenis-janis wacana. Sebuah wacana juga dapat dianalisis salah satunya
berdasarkan teori atau pendapat Van Djik. Banyak
ahli yang memberikan pandangan tenang wacana, salah satunya adalah Van Djik. Van Djik membuat sebuah telaah
mengenai analisis wacana yang mana didalamnya terbagi menjadi beberapa bagian.
Analisis
wacana model Van Djik adalah model yang sering dipakai. Van
Dijk memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata, kalimat,
proposisi, dan paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Kognisi
sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh
individu/kelompok pembentuk teks. Cara memandang atau melihat suatu realitas
soaial itu yang melahirkan teks tertentu. Sedangkan analisis sosial melihat
bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan
pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana. Menurut Van Dijk,
penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata,
karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Untuk
menggambarkan modelnya tersebut, Van Dijk membuat banyak sekali studi analisis
pemberitaan media. Titik perhatian van Dijk terutama pada studi mengenai
resialisme. Dari berbagai kasus, dengan ribuan berita, van Dijk terutama
menganalisis bagaimana wacana media turut memperkuat rasialisme yang ada dalam
masyarakat. Contohnya dapat dilihat dari percakapan sehari-hari, wawancara
kerja, rapat pengurus, debat di parlemen, propaganda politik, periklanan,
artikel ilmiah, editorial, berita, foto, film, dan sebagainya.
Berdasarkan pandangan
van Djik, analisis wacana
tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacan itu sendiri
menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk
membokar bagaimana makna tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis
kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa
teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa,
atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena
itu, dibutuhkan suatu penelitian atasrepresentasi kognisi dan strategi wartawan
dalam memproduksi suatu berita.
Dimensi
ketiga dari analisis Van Djik adalah
analisis sosial. Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam
masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual
dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi
dalam masyarakat. Dalam kerangka model van Dijk, kita perlu melakukan
penelitian bagaimana wacana komunisme diproduksi dalam masyarakat. Penelitian
dilakukan dengan menganalisis bagaimana negara melakukan produksi dan
reproduksi atas wacana komunisme, lewat buku-buku sekolah, pidato politik, dan
sebagainya. Kalau kita melakukan penelitian atas bagaimana wacana pemberitaan media
atas kekerasan terhadap wanita, perlu ada penelitian bagaimana wacana mengenai
gender yang berkembang dalam masyarakat. Titik penting dari analisis ini adalah
untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial
diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi.
Jadi, dapat disimpulkan
bahwa analisis wacana berdasarkan pendapat Van Djik yaitu memanfaatkan
dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata, kalimat, proposisi, dan
paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks.
Sumber:
Eriyanto. 2011. Analisis
Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT. LKS Printing Cemerlang.
Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapan Pada WacanaMedia. Jakarta: Prenada Media
Group.
Komentar
Posting Komentar