Langsung ke konten utama

Klasifikasi morfem dan Morfem dasar, pangkal, dan akar




NAMA            : SYIFA LAILATUL M
KELAS           : BAHTRA 2015 A
NIM                :156068



 1.     Klasifikasi morfem
Dalam kajian morfologi biasanya dibedakan dengan beberapa morfem berdasarkan kriteria tertentu, antara lain:
a.      Morfem bebas dan terikat
Morfem ini dibedakan berdasarkan kebebasannya untuk dapat digunakan langsung dalam pertuturan. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri yaitu bisa terdapat sebagai suatu kata. Contoh morfem {makan}, {satu}. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak terdapat sebagai kata tetapi selalu dirangkaikan dengan satu atau lebih morfem yang lain menjadi satu kata. Contoh {bersatu}. (Verhaar: 1992, 52-53)
Morfem bebas dapat digunakan langsung dalam pertuturan. Morfem bebas ini berupa morfem dasar. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan harus bergabung dengan morfem lain agar dapat digunakan dalam pertuturan. Contoh yaitu semua afiks. Selain itu banyak morfem terikat yang berupa morfem dasar. Contoh {henti}, {juang}, dan {geletak}, morfem tersebut tidak dapat berdiri sendiri tanpa tambahan dari morfem lain. (Abdul Chaer: 2008, 17)
Morfem bebas dapat berdiri sendiri dan dapat digunakan langsung dalam pertuturan tanpa adanya tambahan dari morfem lain dan juga sudah memiliki makna yang jelas. Sedangkan morfem terikat harus mendapatkan tambahan karena tidak dapat berdiri sendiri, dan jika tidak mendapat tambahan maka tidak memiliki makna.
b.     Morfem utuh dan terbagi
Morfem utuh merupakan satu kesatuan yang utuh. Yang termasuk dalam morfem utuh yaitu semua morfem dasar, baik bebas maupun terikat, serta prefiks, infiks, dan sufiks. Morfem utuh terdiri dari satu kesatuan yang tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan yang lebih kecil. Contoh: {bunga}, {jam}. Sedangkan morfem terbagi adalah morfem yang disisipi oleh morfem lain. Morfem ini terdiri dari beberapa bagian yang terpisah. Contoh pada kata {kesatuan}, morfem {satu} merupakan morfem utuh dan {ke-an} merupakan morfem terbagi. Semua konfiks seperti {pe-an, ke-an, dan per-an} merupakan morfem terbagi.
c.      Morfem segmental dan morfem suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental. Fonem segmental yaitu morfem yang berupa bunyi dan dapat disegmentasikan. Contoh: {lihat}, {ter}, {sikat}, dan {lah}.
Morfem suprasegmental adalah morfem yang terbentuk oleh unsur-unsur suprasegmental yaitu nada, tekanan, durasi, dan intonasi. Dalam bahasa indonesia tidak ditemukan morfem suprasegmental tetapi dapat ditemukan dalam bahasa bernada China, Thai, dan Burma.
d.     Morfem beralomorf zero/nol
Morfem beralomorf zero/nol memiliki lambang berupa Ø. Yaitu morfem yang salah satu alomorf nya tidak berwujud bunyi segmental maupun suprasegmental melainkan berupa kekosongan.
e.      Morfem bermakna leksikal dan tak bermakna leksikal
Pembagian morfem ini dibedakan berdasarkan ciri semantik.
Morfem bermakna leksikal yaitu morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri tanpa berproses dengan morfem lain. Contohnya yaitu semua morfem dasar bebas seperti {makan}, {pulang}, {lari}. Morfem tersebut sudah dapat digunakan secara bebas dalam pertuturan.
Morfem tak bermakna leksikal merupakan morfem yang tidak mempunyai makna sebelum bergabung dengan morfem lain dalam proses morfologis.contohnya yaitu morfem afiks {ber-}, {ke-} dan {ter}.
2.     Morfem dasar, pangkal, dan akar
Morfem dasar (base) adalah morfem yang menjadi bentuk dasar dalam suatu proses morfologi. Dalam morfem dasar ada yang berupa morfem bebas contohnya {beli}, {kucing}, dan juga ada yang berupa morfem terikat contohnya {juang}, {henti}, dan {tempur}. Morfem dasar dapat diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi, dan bisa digabung dengan morfem lain dalam proses komposisi. Contoh pada {berbicara}, terdiri dari dua morfem yaitu {ber-}, dan {bicara}, {bicara} merupakan morfem dasar dan {ber-} merupakan afiks.

Morfem pangkal (stem) merupakan bentuk dasar dalam proses pembentukan kata infleksi. Atau bagian dari kata sebelum diberi tambahan afiks infleksional. Contoh pada kata membeli pangkalnya adalah beli, dan kata menangisi pangkalnya adalah tangisi.

Morfem akar (root) digunakan untuk menyebutkan bentuk dasar yang tidak dapat dianalisis lagi. Akar adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiks ditanggalkan. Contohnya pada kata memberlakukan setelah semua afiks ditanggalkan yaitu {me-}, {ber-}, dan {-kan} maka yang tersisa adalah akar laku. Jadi akar (root) merupakan istilah untuk menyebutkan bentuk kata yang tidak bisa dibagi lagi dan tidak ada penambahan imbuhan lagi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONVERSI, MODIFIKASI INTERNAL, DAN SUPLESI

NAMA             : SYIFA LAILATUL M KELAS            : BAHTRA 2015 A NIM                 : 156068 KONVERSI, MODIFIKASI INTERNAL, DAN SUPLESI a.       Konversi Berdasarkan Abdul Chaer (2008: 235-247) Konversi merupakan proses pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu menjadi dasar berkategori lain tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar itu. Contoh: Petani membawa cangkul ke sawah. (kalimat pertama) Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami. (kalimat kedua) Kalimat pertama merupakan kalimat yang bermodus deklaratif berkategori nomina, sedangkan pada kalimat kedua merupakan kalimat imperative berkategori verba. Masalah kita sekarang mengapa hal ini   bisa terjadi, sebuah nomina tanpa perubahan fisik menjadi sebuah verba, walaupun dalam modus kalimat yang ...

Analisis Wacana Berdasarkan Pendapat Van Djik

ANALISIS WACANA BERDASARKAN PENDAPAT VAN DJIK Oleh: Syifa Lailatul Maghfiroh/156068/PBSI 2015-A                         Setelah memahami pengertian wacana, prasyarat wacana, kohesi dan koherensi serta jenis-janis wacana. Sebuah wacana juga dapat dianalisis salah satunya berdasarkan teori atau pendapat Van Djik. Banyak ahli yang memberikan pandangan tenang wacana, salah satunya adalah Van D ji k. Van D ji k membuat sebuah telaah mengenai analisis wacana yang mana didalamnya terbagi menjadi beberapa bagian.                         Analisis wacana model Van Djik adalah model yang sering dipakai. Van Dijk memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata, kalimat, proposisi, dan paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Kognisi so...