NAMA : SYIFA LAILATUL M
NIM : 156068
KELAS : BAHTRA 2015 A
MORFOFONEMIK
Menurut
Abdul Chaer (2008: 43-62) morfofonemik adalah kajian mengenai terjadinya
perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses
morfologi, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Contoh: pengimbuhan
sufiks –an pada kata dasar hari, maka akan mucul bunyi [y], yang dalam
ortografi tidak dituliskan tetapi dalam ucapan seolah-olah ada huruf [y]. Hari
+ -an = {hariyan}.
Menurut
Parera (1988: 30) morfofonemik merupakan perubahan bentuk sebuah morfem
berdasarkan bunyi lingkungannya.
Morfofonemik
menelaah tentang perubahan fonem yang terjadi sebagai akibat pertemuan
(hubungan) morfem dengan morfem lain.
a. Jenis
perubahan
Dalam bahasa Indonesia ada beberapa
jenis perubahan fonem:
1. Pemunculan
fonem, yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya
tidak ada. Cotoh dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada dasar baca akan
memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada.
Me + baca = membaca
2. Pelepasan
fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya dalam
proses pengimbuhan akhiran “wan” pada dasar sejarah, maka fonem /h/ dilepaskan
dan menjadi sejarawan.
3. Peluluhan
fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam
suatu proses morfologi. Contoh dalam penimbuhan prefiks me- pada dasar sikat
maka fonem /s/ pada kata sikat diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal /ny/
sehingga menjadi menyikat. (Abdul Chaer, 2008: 44)
Menurut Harimurti
Kridalaksana proses peluluhan fonem terjadi bila proses penggabungan morfem
dasar dengan afiks membentuk fonem baru. Misal peluluhan fonem /k/ bila
tergabung dengan afiks maka menjadi /ng/.
4. Perubahan
fonem, yaitu berubanhnya sebuah fonem atau bunyi sebagai akibat terjadinya
proses morfologi. Contoh ber + ajar = belajar, fonem /r/ berubah menjadi /l/.
5. Pergeseran
fonem, merupakan berubahnya posoisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam
suku kata yang lainnya. (Abdul Chaer, 2008: 45)
Menurut Harimurti Kridalaksana,
pergeseran fonem terjadi pada proses penggabungan morfem dasar yang berakhir
dengan konsonan dengan afiks yang berawal huruf vokal. Contoh lompat + i=
me.lom.pati.
b. Morfofonemik
dalam pembentukan kata bahasa Indonesia
1. Prefiksasi
ber-
· Pelepasan
fonem /r/ pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk dasar yang diimbuhi
mulai dengan fonem /r/, atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi [er]. Contoh
ber + renang = berenang.
· Perubahan
fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/
Contoh ber + ajar = belajar
· Pengekalan
fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/ tejadi apabila bentuk dasarnya bukan yang
ada pada contoh diatas. Misal ber + lari = berlari.
2. Prefiksasi
me-
· Pengekalan fonem terjadi pada bentuk dasar yang
diawali oleh huruf /r, l, w, y, m, n, ng, dan ny/. Contoh: me + rawat =
merawat.
· Penambahan fonem yakni penambahan fonem nasal /m, n,
ng, nge/. Contoh: me + baca = membaca.
· Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan
pada bentuk dasar dengan konsonan /s, k, p, dan t/. Contoh: me + sikat =
menyikat.
3. Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an
· Pengekalan fonem. Contoh: pe + latih = pelatih.
· Penambahan fonem. Contoh: pe + baca = pembaca.
· Peluluhan fonem. Contoh: pe + saring = penyaring.
4. Prefiksasi per- dan konfiksasi per-an
· Pelepasan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya
dimulai dengan fonem /r/. Contoh: per + ringan = peringan.
· Perubahan fonem /r/ terjadi menjadi /l/ terjadi
apabila bentuk dasarnya berupa kata ajar. Contoh: per + ajar = pelajar.
· Pengekalan fonem /r/. Contoh: per + kecil = perkecil.
5. Sufiksasi –an
· Pemunculan fonem yaitu fonem /w/, /y/, dan glottal
/?/.
Contoh: pandu +
an = panduan, hari + an = hariyan, (ber) dua + an = (ber) dua?an.
· Pergeseran fonem terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan
pada bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan. Contoh: jawab + an =
ja.wa.ban.
6. Prefiksasi ter-
· Pelepasan fonem terjadi apabila prefiks ter-
diimbuhkan pada bentuk tang berawal huruf /r/. Contoh: ter + rasa = terasa.
· Perubahan fonem /r/. Contoh: ter + anjur = teranjur.
· Pengekalan fonem /r/ tetap terjadi /r/ apabila tidak
mengalami proses diatas. Contoh: ter + dengar = terdengar.
c.
Bentuk bernasal
dan tak bernasal
·
Kaidah dengan
tipe verba
Afiks
|
Nasal
|
Fonem awal bentuk dasar
|
Me
Me-kan
Me-i
|
1.
Ø
2.
m
3.
n
4.
ny
5.
ng
|
l, r, w, y, m, n, ny,ng
b, p, f
d, t
s, c, j
k, g, h, k
h, a, l, u, e, o
|
6.
nge
|
eka suku
|
Dari bagan tersebut dapat dilihat bahwa dalam proses
pengimbuhan afiks me-, me-kan, dan me-i akan terjadi.
1. Nasal
tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /l, r, w, y, m, n,
ny, ng/. Contoh: meloncat, peloncat, peloncatan.
2. Akan
muncul nasal /m/ bila bentuk dasarnnya mulai dengan fonem /b, p, dan f/.
Contoh: membina, pembina, pembinaan.
3. Akan
muncul nasal /n/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /d, atau t/. Contoh:
mendengar, pendengar, mendengarkan.
4. Akan
muncul nasal /ny/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /s, c, j/. Contoh:
menyambut, penyambut, penyambutan.
5. Akan muncul nasal /ng/ bila bentuk dasarnya diawali
dengan fonem /k, g, h, kh, a, l, u, e, o/. Contoh: mengirim, pengirim,
pengiriman.
6. Akan muncul nasal /nge/ apabila bentuk dasarnya berupa kata ekasuku. Contoh: mengetik, pengetik, pengetikan.
· Kaitan dengan upaya pembentukan istilah
Dalam peristilahan olahraga
sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba bertinju) sebagai suatu
profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju (yang diturunkan dari verba
peninju) yang bukan menyatakan profesi.
· Kaitan dengan upaya semantik
Untuk memberi makna tertentu
bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Umpamanya bentuk mengkaji
dalam arti meneliti dibedakan dengan bentuk mengaji yang berarti membaca
Al-Qur’an.
Komentar
Posting Komentar