Langsung ke konten utama

AFIKSASI



NAMA                        : SYIFA LAILATUL M
NIM                            : 156068
KELAS                       : BAHTRA 2015 A

AFIKSASI
a.      Afiksasi
Menurut Abdul Chaer (2008: 106) afiksasi adalah salah satu proses dalam pembentukan kata turunan baik berkategori verba, berkategori nomina, maupun adjektiva.
     Afiksasi adalah proses yang pengimbuhan yang menghasilkan afiks. Sedangkan afiks adalah sebuah bentuk morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata.
Afiksasi merupakan proses penambahan afiks pada bentuk dasar dengan cara memadukan afiks itu pada bentuk dasarnya sehingga menjadi satuan yang baru, baik dari sisi bentuk maupun dari sisi makna.satuan baru hasil dari afiksasi disebut dengan kata.



1.     Pembentukan verba
·       Verba berprefiks ber-
Verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal:
1.     Mempunyai (dasar) atau ada (dasar)nya. Contoh: berayah ‘mempunyai ayah’.
2.     Memakai atau menggunakan (dasar). Contoh: berjilbab ‘memakai jilbab’.
3.     Mengendarai atau naik. Contoh: bersepeda ‘ mengendarai sepeda’.
4.     Berisi atau mengandung. Contoh: beracun ‘mengandung racun’.
5.     Mengeluarkan atau menghasilkan. Contoh: bertelur ‘mengeluarkan telur’.
6.     Mengusahakan. Contoh: bersawah ‘mengerjakan sawah’.
7.     Mengalami atau berada dalam keadaan. Contoh: bergembira ‘dalam keadaan gembira’.
8.     Menyebut atau menyapa. Contoh: beradik ‘memanggil adik’.
9.     Melakukan kegiatan. Contoh: berolahraga ‘melakukan olahraga’.
10.  Kumpulan atau kelompok. Contoh: berdua ‘kumpulan dari dua’.
11.  Memberi. Contoh: bersedekah ‘memberi sedekah’.
·       Verba berkonfiks dan berklofiks ber-an
Verba berbentuk ber-an seperti pada kata bermunculan dan berpakaian memiliki dua macam proses pembentukan. Pertama berupa konfiks, artinya prefiks ber- dan sufiks –an itu diimbuhkan secara bersamaan sekaligus pada sebuah bentuk dasar. Kedua berupa konfliks artinya prefiks ber- dan sufiks –an tidak diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah dasar.
·       Verba berklofiks ber-kan
Verba berkonfliks ber-kan dibentuk dengan proses, mula-mula pada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber- lalu diimbuhkan pula sufiks –kan. Contoh: bersenjatakan.
Ber- + senjata + -kan = bersenjatakan
·       Verba bersufiks –kan
Dalam proses sufiks –kan bila diimbuhkan pada dasar yang memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran) akan membentuk verba bitransitif yang berobjek dua, dan bila diimbuhkan pada dasar yang lain akan membentuk pangkal atau disebut dengan verba inflektif.
Verba bersufiks –kan digunakan dalam:
1.     Kalimat imperative. Contoh: tuliskan namamu disini!
2.     Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + (pelaku) + verba, dan subjeknya menjadi sasaran tindakan.
Contoh: rumah itu baru kami dirikan.
3.     Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang
+ (aspek) + (pelaku) + verba.
Contoh: uang yang baru kami terima sudah habis lagi.
·       Verba bersufiks –i
Verba ini merupakan verba transitif. Contoh:
Tolong gulai teh ini! (kalimat imperatif)
Kemaren beliau sudah kami hubungi. (kalimat pasif)
Desa yang akan kita kunjungi berada dibalik bukit itu. (yang + aspek + pelaku + verba)
·       Verba berprefiks per-
Merupakan verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Contoh: persingkat, perketat, perluas.
Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal:
1.     Jadikan lebih. Contoh: pertinggi, ‘jadikan lebih tinggi’.
2.     Anggap sebagai. Contoh: perbudak, ‘anggap sebagai budak’.
3.     Bagi. Contoh: perdua, ‘bagi dua’.
·       Verba berkonfiks per-kan
Merupakan verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif. Verba berprefiks per-kan digunakan dalam:
1.     Kalimat imperative. Contoh: persiapkan dulu bahan-bahannya!
2.     Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba
Contoh: anak itu akan kita pertemukan dengan orang tua angkatnya.
3.     Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku.
Contoh: tarian yang sudah mereka pertunjukkan akan diulang lagi.
·       Verba berkonfiks per-i
Verba yang menjadi pangkal dalam penbentukan verba inflektif.
Verba berkonfiks per-I digunakan untuk:
1.     Kalimat imperative. Contoh : perbaiki dulu sepeda ini!
2.     Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba.
Contoh: mobil itu baru kita perbaiki.
3.     Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) + pelaku + verba.
Contoh: rumah yang baru kami perbaiki terkena gempa.
·       Verba berprefiks me-
Prefiks me- dapat berbentuk me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-. Bentuk atau alomorf me- dapar digunakan apabila bentuk dasarnya fonem /r, l, w, m, n, ny, dan ng/. Prefiks me- dapat digunakan sesuai dengan fonemnya.
Me- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r, l, w, y, m, n, ny, dan ng/.
Mem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /b, p, f, dan v/. fonem /b, f, dan v/ tetap berwujud, sedangkan fonem /p/ tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu.
Men- digunakan apabila bentuk dasarnya berupa fonem /d dan t/. Fonem /d/ tetap diwujudkan, sedangkan fonem /t/ tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi nasal dari prefiks itu.
Meny- digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya /c, j, dan s/. pada dasar fonem /c dan j/ bunyi /ny/ diganti atau dituliskan dengan huruf /n/. Dan pada fonem /s/ yaitu mengalami peluluhan.
Meng- digunakan apabila bentuk dasarnya fonem /k, g, h, kh, a, z, u, e, dan o/. Fonem /k/ tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan nasal dari fonem itu.
Menge- digunakan apabila bentuk dasarnya berasal dari sebuah suku kata.
·       Verba berprefiks di-
Verba berprefiks di- inflektif dan derivatif.
1.     Verba berprefiks di-inflektif adalah verba pasif. Tindakan dari verba berprefiks me- inflektif. Maka makna gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me- inflektif.
2.     Verba berprefiks di- derivative. Contoh: dimaksud.
·       Verba berprefiks ter-
1.     Verba berprefiks ter- inflektif adalah verba pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif. Makna gramatikalnya adalah dapat/sanggup, tidak sengaja, sudah terjadi. Contoh: terlihat, terputus.
2.     Verba berprefiks ter- derivative memiliki makna gramatikal paling, dalam keadaan, terjadi dengan tiba-tiba. Contoh: terbaik, terdampar, teringat.
·       Verba berprefiks ke-
Verba ini termasuk dalam bahasa ragam yang tidak baku. Fungsi dan makna gramatikalnya sepadan dengan verba berprefiks ter-. Yaitu tidak sengaja, dapat di, kena (dasar).
·       Verba berkonfiks ke-an
Verba berkonfiks ke-an termasuk dalam verba pasif yang tidak dapat dikembalikan ke dalam verba aktif.
Makna gramatikal yang dimilikinya dalah:
Terkena, menderita, atau mengalami. Contoh: kebanjiran artinya ‘terkena banjir’.
Agak bersifat. Contoh: kehijauan artinya ‘agak hijau’.
2.     Pembentukan nomina
·       Nomina berprefiks ke-. Contoh: ketua, kekasih, kehendak dengan makna yang dituai, yang dikasihi, dan yang dikehendaki.
·       Nomina berkonfiks ke-an
Dalam proses pembentukan nomina dengan konfiks ke-an ada dua cara:
1.     Bentuk langsung dari bentuk dasar. Contoh: hutan + ke-an = kehutanan.
2.     Dibentuk dari akar, tetapi melalui verba. Contoh: keberanian.
·       Nomina berprefiks pe-, contoh: perawat, pedagang.
·       Nomina berkonfiks pe-an, mempunyai enam buah bentuk alomorf yaitu pe-an, pem-an, pen-an, peny-an, peng-an, dan penge-an. Contoh: perawatan, pelarian, penantian.
·       Nomina berkonfiks per-an
Ada dua macam proses pembentukan nomina dengan konfiks per-an. Pertama, diturunkan dari dasar melalui verba berprefiks ber-, contoh: perdagangan (dari verba berdagang). Kedua, dibentuk langsung dari dasar nomina, contoh: perkantoran.
·       Nomina bersufiks –an, contoh: tulisan, masakan.
·       Nomina bersufiks nya-
Bentuk nya- sebagai pronomina persona ketiga tunggal. Contoh: saya mau minta tolong kepadanya.
Bentuk nya- sebagai sufiks terdapat pada kata naiknya, turunnya.
·       Nomina berprefiks ter-
Nomina berprefiks ter-dengan makna gramatikal ‘yang di (dasar)’ hanya terdapat sebagai istilah dalam bidang hukum. Yaitu tersangka, tergugat.
·       Nomina berinfiks –el, -er, -em
Tunjuk – telunjuk
Getar – gemetar
Gigi – gerigi
·       Nomina bersufiks asing
Contoh penyerapan dari bahasa asing:
Makna gramatikal ‘laki-laki yang (dasar)’ adalah in pada kata hadirin, muslimin, mukminin.
3.     Pembentukan ajektiva
Berdasarkan pendapat dari Abdul Chaer (2008: 168-177) Pembentukan ajektiva dibagi menjadi dua, yaitu dasar ajektiva berafiks asli Indonesia dan ajektiva yang berasal dari unsur serapan.
a.      Dasar ajektiva berafiks asli Indonesia, terbagi atas:
·       Dasar ajektiva berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe-. Yang pertama, diimbuhkan secara langsung. Contoh: pe + malu = pemalu. Yang kedua, yang diimbuhkan memalui verba berafiks me-kan. Contoh: panas = me-panas-kan + pe = pemanas.
·       Dasar ajektiva berprefiks se-
Pemberian prefiks se- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘sama (dasar) dengana nomina yang mengikutinya’. Contoh: secantik saya = sama cantik dengan saya.
·       Dasar ajektiva bersufiks –an
Pemberian sufiks –an pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘lebih (dasar) yang mengikutinya’. Contoh: pintaran A, ‘lebih pintar A’.
·       Dasar ajektiva berprefiks ter-
Pengimbuhan prefiks ter- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’. Contoh: tercantik. ‘paling cantik’.
·       Dasar ajektiva berklofiks ke-an
Pengimbuhan konfiks ke-an memberi makna gramatikal ‘agak’. Contoh: kemerahan, ‘agak merah’.
·       Dasar ajektiva berkonfliks me-kan
Memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan jadi’. Contoh: memalukan, ‘menyebabkan malu’.
·       Dasar ajektiva berklofiks me-i

Memiliki makna gramatikal ‘merasa pada’. Contoh: mencintai, ‘merasa cinta pada’.
·       Dasar lain berkomponen makna (+keadaan)
Misalnya ajektiva merah dan kuning memiliki juga komponen makna (+bendaan), sehingga keduanya bisa didahului negasi bukan dan tidak.
b.     Pembentukan ajektiva dengan afiks serapan
·       Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda yang berkategori ajektiva dapat dikenali dari akhiran. Contoh:
If = misalnya aktif, pasif, objektif.
Ik = misalnya patriotik, akademik, mekanik.
·       Kata serapan dari bahasa Arab
I = misalnya rohani, jasman, islami.
In = misalnya muslimin, mukminin, hadirin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi morfem dan Morfem dasar, pangkal, dan akar

NAMA             : SYIFA LAILATUL M KELAS            : BAHTRA 2015 A NIM                 :156068   1.      Klasifikasi morfem Dalam kajian morfologi biasanya dibedakan dengan beberapa morfem berdasarkan kriteria tertentu, antara lain: a.       Morfem bebas dan terikat Morfem ini dibedakan berdasarkan kebebasannya untuk dapat digunakan langsung dalam pertuturan. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri yaitu bisa terdapat sebagai suatu kata . Contoh morfem {makan}, {satu}. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak terdapat sebagai kata tetapi selalu dirangkaikan dengan satu atau lebih morfem yang lain menjadi satu kata. Contoh {bersatu}. (Verhaar: 1992, 52-53) Morfem bebas dapat digunakan langsung da...

KONVERSI, MODIFIKASI INTERNAL, DAN SUPLESI

NAMA             : SYIFA LAILATUL M KELAS            : BAHTRA 2015 A NIM                 : 156068 KONVERSI, MODIFIKASI INTERNAL, DAN SUPLESI a.       Konversi Berdasarkan Abdul Chaer (2008: 235-247) Konversi merupakan proses pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu menjadi dasar berkategori lain tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar itu. Contoh: Petani membawa cangkul ke sawah. (kalimat pertama) Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami. (kalimat kedua) Kalimat pertama merupakan kalimat yang bermodus deklaratif berkategori nomina, sedangkan pada kalimat kedua merupakan kalimat imperative berkategori verba. Masalah kita sekarang mengapa hal ini   bisa terjadi, sebuah nomina tanpa perubahan fisik menjadi sebuah verba, walaupun dalam modus kalimat yang ...

REDUPLIKASI

NAMA             : SYIFA LAILATUL M NIM                 : 156068 KELAS            : BAHTRA 2015 A REDUPLIKASI             Reduplikasi merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak. (Masnur Muslich: 1990,48) Reduplikasi atau perulangan merupakan proses pengulangan kata atau unsure kata. Reduplikasi merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian. Reduplikasi dapat dibagi menjadi beberapa, antara lain: 1.      Reduplikasi Fonologis Menurut Abdul Chaer (2008: 179) reduplikasi fonologi berlangsung terhadap dasar yang bukan akar atau bentuk yang statusnya lebih ...