HAKIKAT WACANA DAN KEDUDUKANNYA DALAM LINGUISTIK
Oleh: Syifa Lailatul Maghfiroh/156068/PBSI 2015-A
Sebagai pengguna bahasa Indonesia, tentu mengetahui
bahwa bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Wangs
berpendapat bahwa bahasa merupakan suatu praktik sosial. Melalui bahasa, seseorang
atau kelompok ditampilkan atau didefinisikan. La Ode Harjudin menyatakan bahwa
bahasa tidak dilihat sebagai medium yang transparan, yang mengekspresikan
pengalaman seseorang, atau peristiwa yang benar-benar terjadi tetapi sebagai
konstruksi realitas dan subjektif. Bahasa tidak terlepas dari linguistic.
Dimana dalam linguistic mencakup atau mengkaji perihal bahasa seperti
unsure-unsur bahasa misalnya bunyi, kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana. Selama
ini, yang dianggap sebagai satuan terbesar adalah kalimat. Namun sebenarnya
tataran atau satuan kebahasaan yang terbesar adalah wacana. Karena wacana
mencakup semua unsure-unsur yang terdapat dalam lunguistik, sehingga menempati
kedudukan yang paling tinggi.
Menurut Purwadarminta, 1986 (Rani, Abdul. Dkk. 2006:
3) menyatakan bahwa wacana dalam bahasa Indonesia digunakan untuk mengacu pada
bahan bacaan, percakapan dan tuturan. Istilah wacana mempunyai acuan yang lebih
luas dari sekedar bacaan. Pada akhir-akhir ini para ahli telah menyepakati bahwa
wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar yang digunakan dalam
komunikasi. Satuan bahasa dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat,
frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian bunyi membentuk kata. Rangkaian
kata membentuk frase, dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya rangkaian
kalimat membentuk wacana. J.S Badudu berpendapat lain (Badara, Aris. 2012: 16)
yaitu wacana merupakan 1) rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan
proporsi yang satu dengan proporsi yang lainnya, membentuk satu kesatuan,
sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu; 2) kesatuan
bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar diantara kalimat atau klausa
dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu
mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis. Jadi,
wacana dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa kalimat dimana memiliki
makna dan maksud yang terdapat didalamnya. Gabungan tersebut tentunya telah
mencakup unsure kebahasaan yang lainnya. Wacana juga mengandung informasi,
tema, gagasan, amanat, pokok pikiran, maksud dan topik yang jelas. Sehingga
dapat disebut bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap.
Kata “wacana” banyak digunakan oleh berbagai bidang
ilmu pengetahuan mulai dari ilmu bahasa, psikologi, sosiologi, politik,
komunikasi, sastra, dan sebagainya. Namun demikian, secara spesifik pengertian,
definisi, dan batasan istilah wacana sangat beragam. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana wacana
tersebut. Wacana merupakan kesatuan makna atau semantis antarbagian didalam
suatu bangun bahasa. Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai bangun
bahasa yang utuh, karena setiap bagian didalam wacana itu berhubungan secara
padu.
Wacana mempunyai ciri-ciri yaitu terdiri dari satu
kalimat atau lebih, adanya kohesi dan koherensi, berbentuk lisan maupun
tulisan, ada awalan dan akhiran yang jelas, adanya hubungan proporsional atau
kesinambungan antara kalimat yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan
ciri-ciri tersebut, dapat diketahui bahwa setiap wacana mengandung atau
mencakup semua unsur kebahasaan. Menurut Leech, 1978 (Kushartanti. Dkk. 2009: 93-94)
wacana dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Berdasarkan fungsi bahasa yaitu
wacana ekspresif, wacana fatis, wacana informasional, wacana estetik dan wacan
direktif. Berdasarkan saluran komunikasi dibagi menjadi wacana lisan dan wacana
tulis. Berdasarkan tanggapan mitra tutur pembaca dikelompokkan menjadi wacana
transaksional dan wacana interaksional. Berdasarkan pemaparan, dikelompokkan
menjadi wacana naratif, dekriptif, ekspositoris, argumentative, persuasive,
hortatoris dan wacana procedural.
Kedudukan wacana dalam linguistik menempati tempat
yang tertinggi. Dimana wacana mengandung semua unsur-unsur bahasa misalnya
bunyi, kata, frasa, klausa, dan kalimat. Rangkaian bunyi membentuk kata.
Rangkaian kata membentuk frasa, dan rangkaian frasa membentuk kalimat. Akhirnya
rangkaian kalimat membentuk wacana. Sehingga hubungan wacana dengan ilmu
lainnya yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan semantic sangat erat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap yang mengandung semua unsur bahasa misalnya bunyi, kata, frasa, klausa dan kalimat. Wacana juga mengandung informasi, gagasan, topik, dan amanat. Dengan demikian, maka wacana memiliki kedudukan tertinggi dalam linguistik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap yang mengandung semua unsur bahasa misalnya bunyi, kata, frasa, klausa dan kalimat. Wacana juga mengandung informasi, gagasan, topik, dan amanat. Dengan demikian, maka wacana memiliki kedudukan tertinggi dalam linguistik.
Contoh wacana
Wacana
tentang kesehatan masyarakat
3M untuk Perangi Nyamuk Demam Berdarah
Nyamuk merupakan hewan kecil yang sangat menganggu.
Meskipun kecil, hewan tersebut tidak bisa diremehkan karena dapat berakibat
fatal bagi yang mendapat gigitannya. Gigitan nyamuk dapat mengakibatkan demam
berdarah dimana orang yang mendapat gigitan nyamuk tersebut mengalami penurunan
sel darah merah atau trombosit. Gejala penyakit ini dapat diawali dengan
demam tinggi dan di hari sebelumnya penderita mengalami penurunan pada suhu
tubuh seolah-olah sembuh. Namun ternyata, hal itu merupakan masa kritis dimana
virus yang disebarkan oleh nyamuk mengalami masa inkubasi atau penetasan telur sehingga
tubuh akan mengalami kenaikan suhu.
Satu-satunya cara untuk mencegah kenaikan demam
berdarah yaitu dengan membasmi atau mengurangi jumlah nyamuk aedes aegypti yaitu
dengan melakukan gerakan 3M. Apakah 3M itu? Yaitu menguras, mengubur dan
menutup. Pertama, menguras yaitu dapat dilakukan dengan cara menguras bak mandi
yang menjadi sarang tumbuhnya nyamuk. M yang kedua yaitu mengubur. Mengubur
yang dimaksud yaitu mengubur barang-barang bekas yang memungkinkan dapat
menampung air, misalnya botol bekas, kaleng bekas, dan lain-lain. M yang
terakhir yaitu menutup tempat penampungan air di rumah. Dengan menutup tempat
tersebut, maka nyamuk tidak memiliki tempat untuk berkembang biak.
Demikianlah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
perkembangan nyamuk sehingga dapat mengurangi penyakit demam berdarah. Dengan
melakukan 3M maka lingkungan menjadi bersih dan terhindar dari bahaya nyamuk
demam berdarah.
Sumber:
Badara, Aris.
2012. Analisis Wacana: Teori, Metode dan Penerapannya dalam Wacana Media.
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Khushartanti.
Dkk. 2009. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Rani, Abdul.
Dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Jawa
Timur: Bayumedia Publishing.
Sobur, Alex.
2012. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Komentar
Posting Komentar